Berburu kuliner khas Surabaya tak akan lengkap rasanya jika belum mencoba lontong balap. Kuliner dengan nama unik ini adalah makanan populer bagi masyarakat Surabaya. Tidak sekedar karena rasanya yang lezat, tapi juga harganya yang merakyat. Sebagai kuliner rakyat, lontong balap pun lebih banyak ditemui di warung-warung kaki lima atau pedagang keliling. Konon nama lontong balap sendiri juga tak lepas dari caranya dijajakan. Dahulu lontong balap banyak dijajakan secara dengan menggunakan pikulan. Karena pikulannya berat, si penjual pun harus berjalan dengan gegas untuk mengurangi tekanan beban di pundaknya. Kebiasaan para penjual yang berjalan cepat itu terlihat seperti orang yang sedang balapan. Ada pula cerita yang menyebutkan mereka berjalan cepat karena harus berebut pelanggan selama perjalanan. Dari sinilah orang mulai menyebut menu yang dijual dengan nama lontong balap.
Dari penampilan dan komposisi bahannya, lontong balap agak mirip dengan tahu campur atau kupat tahu dari Jawa Tengah. Dalam seporsi lontong balap terdapat potongan ketupat/lontong, tahu goreng yang dipotong dadu, dan / tauge rebus yang cukup melimpah. Tambahan lain yang menjadi ciri khas lontong balap adalah lentho. Lentho (ada juga yang menyebutnya mentho) ini semacam perkedel dari singkong yang dicampur dengan kacang tolo. Ukurannya tak terlalu besar, cukup untuk sekali suap. Lentho yang renyah dan gurih akan memperkaya tekstur sekaligus rasa masakan. Semua bahan tersebut lantas disiram dengan kuah gurih dan sambal petis. Tendangan bawang putih di kuahnya cukup kuat. Sentuhan terakhirnya adalah taburan bawang merah goreng yang melimpah.
Ada banyak tempat untuk menikmati lontong balap di Surabaya, salah satu yang sangat terkenal dan mempunyai reputasi panjang adalah Lontong Balap Garuda Pak Gendut. Lokasinya berada di Jl. Kranggan, Surabaya. Dekat dengan ex Bioskop Garuda. Nama Garuda sepertinya sengaja digunakan sebagai penanda lokasi, yang akhirnya justru menjadi brand lontong balap ini. Berdasarkan kisah yang beredar, Pak Gendut sudah merintis usaha lontong balapnya sejak 1956 dengan berjualan di daerah Wonokromo. Pada 1976 mulai pindah dan menetap di depan Bioskop Garuda. Sepeninggal Pak Gendut, usahanya lantas diteruskan oleh anak-anaknya.
Dari segi tampilan dan rasa Lontong Balap Pak Gendut barangkali tak jauh beda dengan yang lainnya, namun begitulah adat kuliner di setiap tempat. Tiap orang akan mempunyai preferensi kelezatan yang berbeda terhadap satu jenis makanan yang sama. Meski banyak pedagang menjual menu yang sama, masing-masing dari mereka tetap akan memiliki penggemar tersendiri. Sate kerang mungkin menjadi salah satu pembeda atau ciri khas Lontong Balap Garuda Pak Gendut. Untuk menambah kenikmatan bersantap lontong balap, disediakanlah lauk pelengkap berupa sate kerang yang dibalut bumbu kecap dan petis. Dengan bumbu yang nyaris sama, sate kerang tersebut senada dengan citarasa lontong balap. Sate kerang ini dijual terpisah sesuai permintaan, sehingga pelanggan yang tidak suka kerang tak perlu khawatir.
Sangat Suka dengan masakan ini