Siapa sangka di kota Solo kita juga bisa menjumpai kuliner khas Semarang yang tak kalah nikmat dengan yang di tempat asalnya. Babat gongso memang bukan menu yang asing di Solo, bahkan ada tempat-tempat tertentu yang terbilang legendaris olahan gongsonya. Salah satu di antaranya adalah babat gongso di daerah Gilingan, Solo, yang berlokasi tidak jauh dari terminal bus Tirtonadi. Tempatnya sangat bersahaja dan tidak terlalu mencolok, sekadar warung tenda di pinggir jalan (konon sekarang sudah diperbarui tempatnya). Pun tidak ada nama warung yang spesifik, di tendanya yang berwarna kuning itu hanya tertulis “Spesial Masakan Khas Semarang”, dengan diikuti sejumlah menu yang ditawarkan, seperti nasi goreng babat iso, babat gongso, nasi goreng ayam, ayam gongso, dll. Namun demikian, sangat mudah untuk mencari warung babat gongso Gilingan ini karena lokasinya berada di dekat perempatan lampu merah daerah Gilingan (kalau dari arah Karanganyar lokasinya di kiri jalan persis sebelum lampu merah), bersebelahan dengan warung makan Padang dan tepat di bawah plang penunjuk jalan.
Warung ini termasuk salah satu tempat makan favorit para mahasiswa, apalagi kalau bukan karena harganya yang terjangkau dengan porsi melimpah dan rasa yang sedap. Kuliner mahasiswa yang sering diidentikkan dengan rasa yang biasa saja tidak berlaku untuk warung babat gongso Gilingan. Boleh dibilang ini adalah harta karun tersembunyi, tak banyak orang luar kota yang tahu dan tempatnya memang tidak turistik. Tak ada kesan yang istimewa saat masuk ke warung tendanya, kecuali aroma sedap yang lamat-lamat tercium oleh hidung. Kesan itu berubah ketika pesanan pembeli mulai berdatangan di meja makan. Dari sisi visualnya saja sudah menggoda. Tak ada hiasan macam-macam di piring, hanya rajangan kol segar sebagai pelengkap potongan-potongan babat dan iso yang mengilat terkaramelisasi setelah dimasak dengan kecap yang legit.
Babat gongso di sini bukan tipe yang berkuah banyak seperti yang kadang dijumpai di tempat lain. Inilah sebenar-benarnya babat gongso, tidak kering tapi juga tak ada kuah berlebihan yang justru membuatnya mirip tongseng. Bumbunya minimalis, komponen utamanya adalah bawang putih, bawang merah, cabai, dan kecap. Tapi begitu dimasak, hasilnya adalah satu sajian dengan rasa yang kuat. Kecap dan bumbu-bumbu lainnya membalut potongan-potongan babat dan iso dengan sempurna. Rasa manis, gurih, dan pedasnya nagih. Babat dan isonya empuk, tak ada bau-bau amis yang meruntuhkan selera makan, porsinya juga banyak. Karena rasanya cenderung tajam, babat gongso ini paling pas dinikmati dengan nasi putih.
Selain babat dan iso gongso, menu favorit lain di sini adalah nasi goreng babat. Masakannya tidak sepekat nasi goreng babat Semarang, namun tendangan bumbunya tetap terasa mantap. Bagi yang tidak suka jeroan, tersedia juga menu ayam, baik gongso maupun nasi goreng. Ayam gongso ini bisa menjadi alternatif jika bosan dengan menu standar kaki lima seperti ayam goreng, ayam bakar, atau ayam geprek. Menyantap ayam gongso pedas di tengah malam yang dingin juga tak kalah nikmat dibanding babat gongsonya. Warung nasi goreng dan babat gongso di Gilingan ini bisa menjadi pilihan menarik saat berburu kuliner malam Solo.
Nasi Goreng dan Babat Gongso Gilingan – Solo
Lokasi: Perempatan lampu merah Gilingan, Solo.
Buka: 17.00 – 23.00 WIB