Bisnis kuliner di Indonesia adalah domain yang selama ini relatif tahan banting ketika menghadapi krisis ekonomi. Masih segar dalam ingatan bagaimana bisnis kuliner adalah salah satu contoh lini usaha yang bisa segera bangkit setelah sempat terpuruk di masa pandemi. Sebagian bahkan menemukan cara baru dalam memasarkan produk mereka selama pandemi, seperti misalnya dengan menawarkan kemasan frozen sehingga lebih mudah menjangkau konsumen dari luar daerah.
Memulai Bisnis Kuliner dengan Modal Kecil
Apakah bisnis kuliner menjanjikan? Peluang bisnis kuliner di Indonesia selalu terbuka untuk siapa pun dan kapan pun, karena pangan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia. Meski begitu, butuh strategi bisnis kuliner yang tepat agar sebuah usaha bisa berkembang dan bertahan lama. Lantas contoh bisnis kuliner macam apa yang kiranya cocok untuk pemula dan tidak butuh modal besar?
Ada beberapa tip untuk pemula yang ingin memulai bisnis kuliner dari nol:
1. Pilih jenis usaha sesuai dengan kapasitas diri.
Bagi pemula, yang terpenting adalah memilih jenis usaha yang sesuai dengan kapasitas diri, baik secara tenaga maupun permodalan. Berbisnis makanan, meski terkesan sederhana, bisa sangat menguras tenaga dan pikiran karena harus mengurus banyak hal. Ini meliputi penentuan lokasi, pemilihan bahan, kontrol kualitas masakan, mencari pemasok (supplier), menyiapkan kemasan (packaging), pelayanan terhadap pelanggan (customer service), dan lain sebagainya.
Semakin banyak atau rumit produk yang ada, akan semakin pelik pula urusannya. Banyak pengusaha kuliner yang kurang mengantisipasi hal ini dan akhirnya berhenti di tengah jalan karena tidak kuat dengan tekanan dan ritme kerja yang berat, terutama ketika bisnisnya mulai bertumbuh.
2. Memulai bisnis kuliner dari yang kecil.
Untuk yang bermodal cekak, memulai dari yang kecil akan jauh lebih baik daripada memaksakan diri untuk mencari modal besar dengan berutang, yang tentunya lebih berisiko. Kesabaran dan ketekunan adalah kunci bagi pebisnis kuliner, tidak perlu terburu-buru memulai bisnis dengan skala besar.
Dari bisnis awal yang kecil, seorang pemula bisa sambil belajar mengenali seluk-beluk industri kuliner yang baru ia geluti sembari terus berusaha mengembangkan produk andalannya dan meningkatkan kemampuan manajemennya. Tanpa adanya beban utang (atau setidaknya minim utang) ataupun tekanan investor, kita akan merasa lebih tenang dan leluasa dalam menjalankan dan mengeksplorasi ide-ide usaha kuliner.
3. Gali potensi kuliner tradisional Indonesia.
Dalam satu dasawarsa terakhir ini, bisnis kuliner kekinian seolah mendominasi industri kuliner Indonesia. Hal yang bagus karena banyak bermunculan ide-ide segar dan inovatif. Akan tetapi jenis bisnis semacam ini banyak juga yang tidak berumur panjang karena keberlangsungan mereka sangat bergantung pada tren kuliner yang sedang viral.
Alih-alih mengekor bisnis kuliner yang lagi viral, pengusaha kuliner perlu lebih kreatif menggali potensi yang belum banyak terekspos, seperti misalnya: makanan tradisional.
Berikut ini beberapa keuntungan jika pengusaha mau menggarap kuliner tradisional:
· Kuliner tradisional atau lokal cenderung lebih tahan terhadap pergeseran tren.
Mau tren kuliner berubah seperti apa pun, orang-orang akan tetap berburu soto, bubur, nasi uduk, atau pecel untuk sarapan. Bakpia, lumpia, serabi, ledre, pempek, enting-enting gepuk, maupun gethuk tetap menjadi oleh-oleh khas daerah yang banyak diminati.
· Bisnis kuliner tradisional bisa menjadi ikon suatu daerah.
Pemudik, turis, atau pelancong biasanya akan memasukkan wisata kuliner dalam agenda kunjungan mereka. Apa yang mereka cari? Tentunya kuliner khas daerah setempat. Usaha kuliner tradisional yang dikelola dengan baik punya potensi besar untuk menjadi ikon suatu daerah. Tidak hanya profit yang diperoleh, tapi juga reputasi dan umur bisnis yang bertahan lama.
· Tidak perlu modal besar.
Jika ingin mencari ide bisnis kuliner modal kecil, maka menggarap makanan tradisional adalah salah satunya. Memulai bisnis kuliner tradisional bisa dimulai dari skala rumah tangga. Yang terpenting, produk yang dijual memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan produk serupa, baik dari kualitas bahan, rasa, ataupun kemasan. Jika belum punya modal untuk sewa tempat, manfaatkan media online atau media sosial untuk mempromosikan dan menjual produk.
Produk yang dibuat juga bisa dititip jualkan ke warung, toko kue, atau bahkan kantin-kantin sekolah. Terlihat sepele, tetapi ini bisa sangat membantu di fase awal bisnis. Tujuan utamanya adalah untuk mengenalkan produk tersebut ke khalayak yang lebih luas. Jangkau calon konsumen sebanyak mungkin dan biarkan mereka merasakan langsung keunggulan produk yang ditawarkan.
· Melestarikan kuliner nusantara.
Di tengah gempuran pengaruh atau tren dari luar, usaha kuliner tradisional turut berperan dalam menjaga eksistensi dan identitas kuliner nusantara. Kebanyakan usaha kuliner tradisional dijalankan oleh orang-orang lama dan mereka belum tentu memiliki generasi penerus. Perlu ada yang mengisi kekosongan ini, dan ini adalah juga peluang besar bagi para pengusaha kuliner baru.
Jangan Terlalu Banyak Menunda, Mulai Sekarang Juga!
Kelemahan yang sering menghinggapi pebisnis pemula adalah terlalu banyak pertimbangan dan kekhawatiran yang belum tentu terbukti. Akibatnya, mereka akan cenderung mengulur-ulur waktu untuk memulai usaha. Ini sangat tidak produktif. Lebih baik langsung terjun ke medan laga, dan belajar langsung di lapangan. Semua kekurangan yang ada bisa dipelajari dan diperbaiki dalam prosesnya. Dalam berbisnis, learning by doing adalah cara yang terbaik.
Tidak ada bisnis yang selalu berjalan mulus dan sempurna. Akan selalu ada rintangan, sekecil apa pun itu. Namun justru dari situlah keahlian dan mental seorang pengusaha terbentuk. Jadi, jangan ragu lagi untuk memulai. Yuk, segera bergerak wujudkan mimpi.
Apa ide bisnis yang menarik perhatianmu? Lebih baik kuliner tradisional atau kekinian? Jangan sungkan untuk membagikan pendapat dan idemu di kolom komentar di bawah.