Pecah Banget!! Lumpia Semarang Terkenal dari Gang Lombok

BAGIKAN DI: Facebooktwitterpinterestlinkedintumblr

Lumpia Semarang Gang Lombok, kuliner legendaris ini konon sudah ada sejak era 1800-an dan merupakan salah satu (kalau bukan satu-satunya) bisnis kuliner tertua di Semarang, Pendiirinya adalah pasangan Tjoa Thay Joe dan Warsih. Mereka awalnya mencoba berinovasi membuat produk kuliner yang berbahan dasar rebung dan udang. Kedua campuran bahan tersebut kemudian mereka bungkus dan gulung dengan adonan tepung yang tipis. Produk ini kemudian disebut loenpia atau lumpia, dan berkembang menjadi makanan khas Semarang.

Lumpia Semarang Gang Lombok 2

Ciri Khas Lumpia Semarang Gang Lombok

Lumpia Semarang mempunyai ciri khas tersendiri, baik dari segi isian maupun penyajian. Berbeda dengan lumpia Jogja yang biasanya menggunakan campuran wortel dan tauge, isian lumpia Semarang yang paling dasar adalah rebung. Bagi yang belum tahu, rebung adalah tunas muda dari pohon bambu. Untuk campurannya bisa bervariasi, seperti misalnya telur, udang, dan daging ayam. Belakangan ini bahkan muncul lumpia Semarang dengan isian rebung dan daging kepiting.

Mengolah rebung bukanlah perkara mudah. Jika caranya tidak tepat akan tercium bau pesing atau terasa agak pahit. Meski demikian, di Lumpia Gang Lombok semua kekhawatiran itu langsung sirna pada gigitan pertama. Tekstur rebungnya sangat lembut dan tak ada rasa pahit sama sekali. Bau pesing rebung pun tak ada. Isian lumpia di sini terdiri dari campuran rebung, telur, dan udang. Rasanya dominan gurih dengan sedikit rasa manis.

Cara Menikmati Lumpia Semarang

Kelezatan Lumpia Gang Lombok makin paripurna jika disantap bersamaan dengan sausnya yang khas, lokio (disebut juga bawang Batak), acar mentimun, dan tentunya cabai hijau buat penyuka pedas. Saus lumpia berwarna cokelat dan kental hampir seperti lem, terbuat dari campuran gula merah, bawang, dan tepung tapioka. Oleh karena itu, cara terbaik menikmati saus ini bukan dengan dicocol, melainkan dituang atau ditaruh langsung di atas lumpia.

Jika pesan untuk makan di tempat, biasanya lumpia sudah dipotong-potong terlebih dulu sebelum disajikan untuk memudahkan pembeli menyantapnya. Ambil satu potongan lumpia, taruh saus secukupnya di atasnya, tambahkan acar mentimun, lalu santap. Ikuti dengan menggigit lokio dan cabai jika suka, layaknya makan gorengan.

Lumpia Semarang Gang Lombok 1

Bagaikan karnaval rasa dalam mulut. Kompleks tapi indah. Ada gurih, manis, asam, diikuti rasa dan aroma bawang merah segar dari lokio yang merebak dalam mulut. Manis sausnya tidak terlalu tajam, membaur sempurna tanpa menihilkan rasa orisinal lumpianya. Di sisi lain, lokio membawa kenikmatan lumpia ini ke dimensi yang lebih tinggi. Rasanya benar-benar pecah!

Bagi yang tidak suka atau menghindari makanan berminyak, di sini ada pilihan lumpia basah. Kulit lumpia Semarang Gang Lombok tergolong lembut, namun tidak mudah hancur. Berbeda dengan di tempat lain yang biasanya agak kasar dan alot. Lumpia basah di tempat makan legendaris ini nikmatnya tak kalah dengan yang lumpia goreng, bahkan rasanya lebih segar.

Oleh-Oleh Semarang Enak dan Legendaris

Ada banyak lumpia Semarang yang terkenal, dan masing-masing memiliki ciri khas tersendiri. Lumpia Semarang Gang Lombok menawarkan rasa yang lebih lembut, dengan rasa bumbu yang tidak terlalu tajam. Bahan-bahan yang digunakan juga berkualitas prima. Sayangnya hanya sedikit pembeli yang bisa makan di tempat karena warungnya sangat kecil. Mungkin memang konsepnya lebih ke tempat oleh-oleh untuk dibawa pulang.

Tak sulit mencari warung Lumpia Semarang Gang Lombok, meski tempatnya agak tersembunyi. Lokasinya berada di dekat salah satu tempat wisata di Semarang yang bersejarah, yakni Klenteng Tay Kak Sie. Tempat parkirnya pun cukup luas untuk mobil.

Apa lumpia favoritmu di Semarang? Atau kamu punya rekomendasi kuliner Semarang lainnya yang juga sayang untuk dilewatkan? Silakan tulis komentarmu di bawah.

Lokasi: Gang Lombok No.11, Purwodinatan, Kec. Semarang Tengah, Kota Semarang, Jawa Tengah.

Jam buka: 07.00 – 16.00

Updated: 16 Februari 2024 — 2:36 pm

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *