Mengenang Cita Rasa Klasik di Sate Ayam Uritan Pak Banjir Solo

BAGIKAN DI: Facebooktwitterpinterestlinkedintumblr

Hari beranjak gelap, dan kota Solo yang sepanjang sore itu diguyur hujan menampakkan pesonanya yang lain: suasana yang teduh dan akrab di setiap sudut kota, aroma sedap menguar dari warung-warung kaki lima yang berjajar di pinggir jalan. Jika ada satu hal yang tak boleh dilewatkan saat berkunjung ke Solo, maka itu adalah kulinernya. Orang-orang terlihat asyik meriung di warung lesehan atau angkringan seraya menikmati aneka kuliner Solo. Teh nasgitel (panas, legi, kentel) khas Solo, STMJ (Susu Telur Madu Jahe), dan wedang ronde selalu menjadi penyelamat dari dinginnya udara malam. Untuk makan besar, mudah sekali menemukan penjual nasi liwet, gudeg, bubur tumpang, soto, nasi goreng, selat solo, hingga aneka macam sate. Untuk kuliner solo yang terakhir disebut ini, ada satu tempat yang sudah sangat terkenal dan legendaris bagi penggemar sate ayam di Solo, namanya adalah Sate Ayam Pak Banjir. 

Lokasi Sate Ayam Pak Banjir

Mendengar namanya, langsung terbayang bahwa sate ayam Solo ini berlokasi di tempat yang rawan banjir. Entah apa benar demikian atau memang karena nama pemiliknya adalah Pak Banjir. Tapi setelah melihat sendiri tempatnya di Kampung Baru, Jalan Ronggowarsito, bayangan itu sirna karena ternyata lokasinya ada di sebuah jalan yang relatif lengang dan tampak bersih. Bahkan nuansanya agak syahdu di kala malam. Kendaraan bermotor berlalu lalang di atas jalanan yang masih basah, cahaya lampu motor tampak dramatis menembus rintik hujan yang kembali turun. Pemandangan itulah yang tertangkap dari Warung Sate Ayam Pak Banjir, yang sebenarnya hanya berupa warung kaki lima sederhana yang didirikan di atas trotoar. Sama sekali jauh dari kata megah, bahkan pencahayaannya pun minimalis. Kalau tak ada asap bakaran yang mengepul dari tempat ini dan tulisan yang terpampang di pikulan sate tradisional yang juga menjadi etalase sate, mungkin orang takkan tahu di sinilah lokasi Sate Ayam Pak Banjir.

Melihat sate yang bertumpuk rapi di pikulannya saja sudah membangkitkan selera. Bagaimana tidak, selain sate daging ayam tempat ini juga menyediakan sate ati ampela dan uritan (telur muda). Cocok buat penggemar jeroan. Uritannya pun bukan uritan palsu yang terbuat dari putih telur yang dicetak bulat dan diberi pewarna kuning. Ini benar-benar sate uritan asli yang sudah semakin langka dijumpai. Benar-benar suatu kemewahan tersendiri bisa menemukan kuliner yang membangkitkan kenangan masa lalu. Di sini pembeli bisa memesan sate campur uritan atau sate daging biasa, tergantung selera. Dari segi komposisi, Sate Ayam Pak Banjir sebenarnya tak jauh beda dengan lazimnya sate ayam khas Madura. Disajikan dengan lontonh berikut siraman sambal kacang dan kecap manis. Irisan bawang merah dan cabai rawit sebagai pelengkap disajikan di piring terpisah, sehingga pembeli bisa menambahkannya sendiri sesuai selera.

Kesan pertama yang muncul pada suapan pertama adalah sambal kacangnya yang terasa legit dan potongan daging ayam yang empuk dan ukurannya lumayan besar, cukup berasalah kalau digigit. Rasa manis dari paduan sambal kacang dan kecapnya tidak terlampau berlebihan, memberi ruang bagi rasa gurih alami dari kacangnya untuk tampil ke permukaan. Tekstur sambal kacangnya juga cenderung halus, tak ada lagi butiran-butiran kasar gilingan kacang meski kadang itu menjadi daya pikat tersendiri. Tak ada bau amis dari daging maupun jeroan ayamnya, membuat tusuk demi tusuk sate dengan mudahnya berpindah ke dalam perut. Tidak dengan tusukannya tentu. Yang menjadi pencuri perhatian pastinya adalah sate uritan. Bagi yang belum pernah mencoba, sate uritan ini rasanya seperti kuning telur, namun dengan tekstur yang terasa lebih padat saat digigit. Dilumuri dengan sambal kacang, serta sedikit taburan bawang merah dan cabai rawit, sate uritan ini terasa meledak di mulut. Ini adalah cita rasa nostalgia yang tidak bisa ditemui di sembarang kuliner. Dulu sate ayam macam ini masih mudah ditemui di penjual sate keliling, tapi sekarang hampir tidak ada lagi.

Yang semakin membahagiakan, tak perlu merogoh kocek terlalu dalam untuk mendapatkan kenikmatan seperti ini di Solo. Kisaran harganya sekitar 20ribu hingga 25ribu saja tergantung pesanan (harga awal 2019). Kuliner Solo yang murah dan enak ada di hampir tiap sudut kota, dengan beraneka ragam menu khas, semua itu menanti untuk dieksplorasi kapan pun selama 24 jam, dari pagi, siang, sore, malam, hingga dini hari.

Sate Ayam Pak Banjir

Buka: 17.00 – 23.00 WIB

Lokasi: Kampung Baru. Jalan Ronggowarsito, Solo. Barat Bank Indonesia. Cabang satunya lagi ada di perempatan Nonongan, Jl. Slamet Riyadi.

Updated: 4 Mei 2019 — 6:44 pm

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *