Kota Solo tak pernah berhenti memanjakan para pemburu kuliner tradisional. Memang kota Solo memiliki kuliner yang sangat beragam, namun di sini kuliner tradisional seakan mempunyai ruang tersendiri yang takkan pernah lekang oleh waktu. Warung-warung kaki lima yang menjajakan kuliner khas Solo tak pernah sepi pengunjung, bahkan kini angkringan pun ada versi gedongannya, menu yang ditawarkan relatif sama hanya tempat nongkrongnya saja yang terasa lebih nyaman dan eksklusif. Kecintaan warga Solo pada menu racikan lokal juga bisa dilihat dari berita yang belakangan viral, ketika banyak orang rela mengantre demi sebungkus es teh di sebuah warung kecil pinggir jalan. Kok bisa orang rela berdesakan hanya untuk membeli es teh, dibungkus plastik bening kiloan pula, persis seperti jajanan anak sekolah. Banyak yang terheran-heran melihat fenomena es teh viral ini, namun tidak bagi orang yang tahu tentang kultur ngeteh orang Solo dan seperti apa fanatisme mereka untuk urusan ngeteh. Warung yang masakannya biasa saja bisa jadi memiliki banyak pelanggan setia hanya karena racikan tehnya yang dianggap juara. Teh oplosan khas Solo setidaknya mempunyai tiga ciri: manis, sedikit sepat, dan pekat,
Selain soal teh, kita juga bisa lihat bagaimana jajanan pasar atau jajanan tradisional di Solo tetap eksis di tengah gempuran kuliner-kuliner kekinian atau yang berasal dari luar negeri. Ketika muncul tren fusion yang mencoba mengombinasikan kuliner tradisional dengan citarasa kekinian (macam keju, green tea, red velvet, dsb) yang justru kerap merusak orisinalitas dan rasanya menjadi tidak karuan, ada satu tempat di Solo bernama Gulo Jowo yang berusaha untuk konsisten mempertahankan citarasa klasik jajanan tradisional sembari tetap menyerap semangat zaman, Gulo Jowo mencoba menawarkan cara menikmati kuliner tradisional yang lebih asyik, disesuaikan dengan gaya bersosialisasi anak muda masa kini.
Sang pemilik mengubah kios sederhana yang berlokasi di seputaran Sriwedari, tepatnya di Jl. Museum, menjadi sebuah “kafe” kecil bersahaja yang cukup nyaman untuk sekadar dijadikan tempat menikmati senja sambil menikmati aneka kuliner tradisional Solo yang biasanya sudah sukar dijumpai di waktu sore. Jika selama ini kuliner tradisional lebih banyak ditemui di pasar dan warung kaki lima, Gulo Jowo mengangkatnya untuk bisa setara dengan popularitas warung-warung kopi kekinian yang semakin marak. Langkah yang patut diapresiasi untuk semakin memopulerkan dan mengakrabkan citarasa tradisional di kalangan anak muda.
Di Gulo Jowo ada banyak menu makanan dan minuman tradisional yang bisa dijadikan pilihan, termasuk jajanan pasar yang sudah mulai langka seperti semar mendem dan cabuk rambak. Semuanya digarap secara serius, dari segi rasa hingga penyajiannya. Semar mendem, misalnya, disajikan di atas alas kayu (semacam talenan) dengan siraman areh atau saus santan kental melimpah yang sekilas menyerupai lelehan keju mozzarella. Tampilan cabuk rambaknya juga tak kalah menarik, dihidangkan di atas piring kaleng jadul lengkap dengan karak (kerupuk nasi/gendar) dan siraman sambal wijen berwarna cokelat muda yang legit dan gurih.
Buat penikmat minuman hangat, wedang jahe racikan Gulo Jowo wajib untuk dicoba. Wedang jahenya sang. at kaya rasa, barangkali ada rempah-rempah tertentu yang ikut ditambahkan ke dalamnya. Begitu diminum, badan langsung terasa hangat dan rileks. Bisa jadi penawar rasa lelah atau badan yang sedang kurang begitu sehat. Untuk minuman dingin, ada es kapal yang belakangan mulai populer lagi. Jajanan jadul yang mengombinasikan es (susu) cokelat dengan roti tawar yang dicelupkan ke dalamnya. Rasanya simpel, namun ngangeni. Selain itu, ada beberapa jenis minuman yang mungkin sulit dijumpai di tempat-tempat lain seperti es janggelan, es leci, es timun, es ndeso, es tape ketan, beras kencur, rujak degan, dan wedang asle.
Gulo Jowo juga menyediakan menu ketan dengan beberapa varian topping dan aneka bubur tradisional (orang Solo menyebutnya jenang) seperti bubur mutiara, sumsum, ketan hitam, kacang ijo, dan campur. Jika ingin menu yang lebih ringan untuk kudapan sore, jajanan pasar seperti klepon, lenjongan, cenil, carang gesing, gethuk, dan pis roti adalah beberapa pilihan yang menarik untuk dicoba. Namun perlu dicatat bahwa menu bisa berubah di hari yang berbeda, mungkin karena menyesuaikan dengan ketersediaan bahan. Selamat mencoba.
Gulo Jowo Solo
Lokasi: Jl. Museum No. 08, Sriwedari, Solo
Buka: 16.00 – 00.00
Indeed, the city of Solo has a very diverse culinary scene, but here traditional culinary delights seem to have their own space that will never get old. For clearer information, you can visit our website https://kulinerekstrim.com/