Mie Lethek, Kuliner Ndeso Khas Bantul – DIY

BAGIKAN DI: Facebooktwitterpinterestlinkedintumblr
Mi lethek goreng (Foto: mielethek.blogspot.com)

Mi lethek goreng (Foto: mielethek.blogspot.com)

Jangan terkecoh dengan penampilannya yang terlihat kurang menarik. Begitu dimasak, mie berwarna kusam ini akan menjadi hidangan istimewa yang bisa membuat orang ketagihan. ‘Lethek’ adalah bahasa Jawa yang berarti kotor. Tampilan Mie Lethek memang tak seindah dan secerah mie kering lain yang biasa kita temui di pasaran. Coba saja sandingkan dengan mie lain yang terbuat dari terigu, perbedaannya cukup mencolok. Ini karena mie lethek masih dibuat secara tradisional dan tidak menggunakan bahan tambahan seperti pengawet atau pemutih.

Kecamatan Srandakan, Bantul, merupakan daerah yang dikenal sebagai sentra produksi Mie Lethek. Konon Mie Lethek mulai dirintis sejak tahun 1940-an dalam skala industri rumah tangga. Proses pembuatannya yang tradisional masih dipertahankan hingga sekarang. Jangan harap menemukan mesin pengolahan modern di tempat pembuatannya, karena semua diolah dengan mengandalkan tenaga manusia, Tenaga tambahan utamanya barangkali hanya ada dua, yakni sapi untuk menggerakkan alat pengaduk bahan baku Mie Lethek dan mesin pres untuk mencetak adonan mie. Industri ini memang bersifat padat karya sehingga bisa membuka lapangan kerja baru bagi warga sekitar.

mie lethek yang sudah dijerang air panas dan siap dimasak (Foto: mielethek.blogspot.com)

mie lethek yang sudah dijerang air panas dan siap dimasak (Foto: mielethek.blogspot.com)

Bahan baku utama Mie Lethek adalah tepung singkong dan gaplek (singkong kering). Kedua bahan itu diaduk dengan menggunakan alat penggiling tradisional berbentuk silinder besar yang ditarik oleh sapi. Setelah itu bahan baku mi dikukus di tungku. Bahan kembali diaduk untuk mengatur kadar airnya, kemudian dikukus lagi. Proses selanjutnya adalah pencetakan mie dan penjemuran hingga kering. Untuk mencetak mie digunakan mesin pres yang dioperasikan oleh tiga orang. Alat pencetak sebelumnya disebut ‘tarikan’ dan dioperasikan secara manual oleh sekitar delapan orang pekerja. Penjemuran mie hanya mengandalkan sinar matahari, lamanya kurang lebih 18 jam. Oleh sebab itu, produksi Mie Lethek bisa jadi berkurang di kala musim penghujan. Bentuk

Mie Lethek menyerupai bihun, namun warnanya lebih keruh dan ukurannya sedikit lebih tebal. Teksturnya pun lebih kenyal dari mie biasa. Mie Lethek biasanya diolah menjadi mie goreng atau mie rebus khas Jawa. Bumbunya sederhana, terdiri dari bawang putih, kemiri, merica, dan garam. Untuk pelengkapnya digunakan suwiran ayam kampung dan telur bebek. Banyak yang menggunakan telur bebek karena bisa aromanya lebih sedap dan rasanya lebih gurih. Tak ada bau amis sama sekali. Silakan berkunjung ke seputaran bekas Pasar Imogiri untuk mencicipi aneka olahan Mie Lethek. Disini ada banyak pedagang yang menjajakan Mie Lethek, di antaranya yang cukup ramai adalah Warung Kang Sum. Tinggal pilih mana yang sesuai dengan selera anda. Atau anda bisa menjelajah tempat lain di Bantul yang juga menjajakan menu ndeso nan ngangeni ini. Sementara Mie Lethek mentah bisa diperoleh di pasar-pasar tradisional atau swalayan di Bantul. Atau anda bisa datang langsung ke tempat pembuatannya di Dusun Bendo, Desa Trimurti, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta.

Beberapa penjual Mi Lethek:

– Warung Mie Lethek Kang Sum. 

 Lokasi: seputaran bekas Pasar Imogiri

– Mi Lethek Bantul mBah Mendes. 

Lokasi: Sorobayan, Gadingsari, Sanden, Bantul, Yogyakarta

Cabang: Jl Ring Road Utara (sebelah Utara Lotte Mart atau barat SMK),      Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta
Telp. 0274-4477944, 08122940055

Buka: 17.00 – 22.00 WIB

 

Maret 2014

 

Updated: 2 Maret 2014 — 8:05 am

2 Comments

Add a Comment
  1. Makanan favorit ketika mudik….
    Mi lethek kang sum, josss

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *