*Kontributor: Adam Naufal Dzaky
Buah memang banyak khasiatnya. Namun, kadang kita kebingungan bagaimana mengolahnya. Seringkali, kita hanya memakannya langsung tanpa mengolahnya, yang bisa jadi cukup membosankan jika terlalu sering. Di Indonesia ada banyak cara mengolah buah yang pada akhirnya menjadi semacam tradisi tersendiri dan terus dilestarikan dari generasi ke generasi. Ambillah contoh yang paling sederhana adalah lotis dan rujak. Bagi sebagian masyarakat, khususnya di Jawa, lotis dan rujak bukan hanya sekedar olahan buah yang dipadukan dengan sambal yang terbuat dari kacang tanah, asam jawa, cabai, dan gula jawa (meski tiap daerah kemungkinan bahan sambalnya bisa berbeda-beda, seperti di Bali dan Ambon misalnya), tapi juga memiliki dimensi sosialnya sendiri. Lotisan dan rujakan adalah istilah yang kerap dipakai untuk menggambarkan sebuah aktivitas komunal atau wadah bersosialisasi yang menjadikan dua kuliner nusantara itu sebagai perekat atau perantaranya. Dulu, tiap musim mangga tiba, akan ada banyak anak-anak yang berburu mangga muda untuk dibuat lotis atau rujak dan kemudian disantap bersama-sama. Hidangan yang sederhana namun bermakna, karena ada ikatan emosional yang ikut terlibat di dalamnya. Canda tawa dan keriangan yang menyertainya adalah bumbu penyedap kehidupan yang tak bisa tergantikan oleh apa pun.
Selain lotis dan rujak buah, ada juga asinan buah yang identik dengan kota Bogor (meski ada juga Asinan Betawi atau Asinan Jakarta yang agak berbeda komposisinya). Tak seperti namanya, olahan buah tradisional ini menawarkan lebih dari sekadar rasa asin. Ada juga rasa manis, asam, dan pedas di dalamnya, kalau anak ’90-an biasa menyebutnya rasa nano-nano (satu merek permen yang hits di kala itu). Berbeda dengan lotis dan rujak, asinan terasa lebih ringan dan menyegarkan saat disantap, apalagi saat disajikan dingin. Kuah asinan yang segar adalah obat mujarab di saat cuaca sedang panas-panasnya. Dari segi bahan, buah yang digunakan tak jauh beda dari lotis dan rujak, namun di asinan kita bisa bereksperimen dengan buah-buah yang sepintas tak lazim jika diolah menjadi masakan tertentu.
Kali ini saya akan berbagi salah satu resep asinan yang menjadi favorit keluarga, yakni Asinan Jeruk Bali. Sebagian orang menyebutnya asinan buah kekinian, yang menjadi populer karena media sosial. Pomelo, atau yang lebih kita kenal dengan nama jeruk Bali, memiliki bulir-bulir yang besar dan memberi sensasi kesegaran sendiri saat kita menyantapnya karena tekstur bulirnya yang padat dan renyah. Untuk diolah menjadi asinan, lebih baik gunakan pomelo atau jeruk Bali yang tidak memiliki rasa sepat. Resep masakan Indonesia tradisional yang satu ini mungkin terkesan rumit karena cita rasanya kompleks, tapi sesungguhnya cara membuatnya sangat mudah dan sederhana. Berikut adalah resep Asinan Jeruk Bali yang bisa anda praktikkan sendiri di rumah.
Bahan:
- 1 buah jeruk bali, kupas
- 6 buah cabai merah besar
- 4 buah cabai rawit merah (jumlah cabai bisa disesuaikan sesuai selera pedas anda)
- Garam dan gula secukupnya sebagai pengatur rasa
- 1 buah jeruk nipis, peras
Cara Membuat:
- Kupas jeruk bali, kemudian pipil bulir-bulir jeruknya
- Uleg kasar cabai besar dan cabai rawit, kemudian tuang ke jeruk yg telah dipipil.
- Lalu, tambahkan gula sedikit garam dan beri perasan jeruk nipis.
- Dinginkan di lemari es.
- Sajikan dalam kondisi dingin agar lebih nikmat.