




Bosan dengan sate kambing, sate ayam, atau sate sapi pada umumnya? Anda harus mencoba sate kere khas Solo. Bahan utamanya adalah tempe gembus yang terbuat dari ampas kedelai sisa pembuatan tahu, bukan daging. Dinamakan sate kere (kere berarti miskin / melarat) karena sate ini memang pada awalnya diciptakan agar bisa dinikmati segala kalangan, termasuk masyarakat miskin yang tak mampu membeli daging.
Gembus biasanya dimasak bacem terlebih dahulu agar tidak terasa hambar. Ketika mau dibakar, gembus yang sudah dituduk-tusuk layaknya sate akan kembali dicelup dalam racikan bumbu bacem sehingga rasanya akan lebih meresap. Seiring perkembangan yang ada sate kere kini tidak hanya berupa sate gembus, tapi juga menambahkan varian lain seperti sate kikil dan sate jeroan sapi (babat, iso, ginjal, paru, dll). Alhasil, sate kere yang sering dijumpai sekarang lebih terlihat mewah dan harganya pun tidak lagi mewakili namanya.
Sate kere terasa istimewa ketika disajikan dengan lontong yang pulen dan kemudian disiram dengan sambal kacang yang legit, manis-gurih, dan seiikit pedas. Di antara semua bahan, sambal kacang menjadi komponen paling vital. Tingkat kenikmatan sate kere akan sangat ditentukan oleh kualitas sambal kacang yang membalut semua komponen rasa dalam sate kere. Kadang rajangan tipis daun jeruk ditambahkan pula ke dalam sambal kacang agar rasanya lebih segar dan aromanya lebih harum.
Sate kere yang orisinal (hanya menggunakan sate gembus) biasanya djiual keliling di kampung-kampun atau pasar tradisional. Sementara sate kere yang dijual di warung-warung PKL biasanya turut menyertakan macam-macam sate jeroan sapi dan harganya pun lebih mahal.
Berikut ini adalah beberapa tempat di Solo yang menjual sate kere:
Jl. Arifin No. 63, Solo. Depan depot es Nini Thowong. Telp. 087836330132
Jam buka: 14.00 WIB – sampai habis
Jl. Kebangkitan Nasional no 1-2, Solo (belakang Stadion Sriwedari)
Jam buka: 11.00-20.00 WIB
Sate Kere di depan Toko Luwes
Februari 2013