Salah satu kuliner nusantara yang begitu populer dan banyak ragamnya adalah soto. Hampir tiap daerah memiliki ciri khas tersendiri dalam hidangan sotonya, dari soto kudus, soto Banjar, soto Madura, soto kari, soto Banjarnegara / Banyumasan, soto Bandung, soto Medan, dan sebagainya. Nah, soto bancar Purbalingga yang satu ini adalah jenis soto khas Banyumasan yang disajikan dengan bumbu kacang yang makin menambah citarasa gurih dan legit. Disebut soto bancar karena warungnya berdekatan dengan perempatan Bancar, Purbalingga. Warga lokal juga menyebutnya soto depan pengadilan karena letak warungnya berada di depan gedung Pengadilan Negeri Purbalingga.
Bahan isian dalam soto bancar terdiri dari ketupat, tauge, irisan daun bawang, irisan wortel rebus, kerupuk warna-warni khas Purbalingga, dan potongan daging yang lumayan banyak sehingga membuat isi mangkuk menggunung. Selain daging sapi atau ayam, anda juga bisa memilih alternatif jeroan atau campur untuk isiannya. Tampilan kuahnya buket (keruh), tapi rasanya sangat segar.
Sebagai lauk pendamping makan soto, disediakan juga pilihan bakwan, tahu isi, dan mendoan khas Banyumasan. Sebagai hidangan penutup anda juga bisa mencoba es duriannya yang tak kalah menggugah selera. Anda bisa menyantap soto bancar yang nikmat dan es durian yang segar sembari menikmati panorama Kali Klawing dari sela-sela jendela bambu warung ini.
Warung Bu Misdar ini sudah lima kali berpindah tempat dan semuanya berada di wilyah Kelurahan Bancar. Di tempat terakhirnya di Jalan Ahmadi, Haji Misdar sudah berjualan sejak tahun 1982 dengan menggunakan resep warisan turun-temurun dari keluarga. Meskipun nama soto bancar juga banyak ditemui di kota-kota lainnya, sebenarnya pemilik warung ini tidak membuka cabang dimanapun. Warung ini buka dari pukul 07.00 hingga 19.00. Seporsi soto bancar dihargai Rp. 13.000,-. Jika bertandang ke Purbalingga sempatkanlah untuk mencicipi soto bancar, karena tempat ini kabarnya juga menjadi favorit banyak pejabat dan artis.
*Sumber: Soto “Buket” Tepi Kali Kliwang oleh Gregorius Magnus Finesso, harian Kompas, 30 Desember 2012.
Desember 2102
*Sumber gambar: www.tempo.co