Tempatnya yang agak tersembunyi di pojokan gang tak membuat warung Pak Bas (Basuki) sepi pengunjung. Warung ini memang memiliki penggemar fanatik dan menjadi tempat klangenan ‘warga senior’ Salatiga. Tak mengherankan, karena warung Pak Bas yang bersebelahan dengan bekas gedung bioskop Reksa ini tergolong kuliner lawas Salatiga yang sudah ada sejak puluhan tahun yang lalu. Suasana yang akrab membuat orang bisa betah berlama-lama disini. Interaksi yang cair antara penjual dan pembeli membuat santap pagi lebih dari sekedar rutinitas mengisi perut yang kosong.
Menu yang ditawarkan di warung Pak Bas cukup beragam. Namun ada beberapa menu khusus yang hanya tersedia di hari-hari tertentu saja. Misalnya pecel di hari Sabtu, sop buntut di hari Senin dan Kamis, sambal tumpang koyor di hari Selasa, dsb. Satu menu yang selalu tersedia setiap hari adalah soto santan. Soto inilah yang menjadi semacam ikon warung Pak Bas dan termasuk menu yang paling digemari pelanggan.
Meski menggunakan santan, sotonya terasa ringan ketika disantap, tidak mlekoh. Kuah santannya encer berwarna kuning dengan rasa bumbu yang tidak terlalu tajam. Seperti umumnya soto di Jawa Tengah, Soto Santan Pak Bas langsung disajikan bersama nasi. Wadah yang digunakan adalah piring, bukan mangkuk, sehingga porsinya terlihat banyak. Isi sotonya sederhana, hanya terdiri dari kecambah, rajangan seledri, dan potongan-potongan daging sapi. Daging sapinya begitu empuk meskipun ukuran potongannya cukup besar dan tebal. Istimewa.
Soto Santan Pak Bas sangat pas dinikmati dengan perkedel kentang dan tempe goreng. Jangan lupakan karak atau kerupuk nasi yang menjadi pelengkap wajib ketika bersantap soto di Salatiga. Karak bisa diremukkan dan dicampur ke dalam soto sehingga memperkaya tekstur masakan. Pembeli juga bisa minta dipotongkan empal goreng untuk lauk soto. Empalnya tebal namun empuk, seperti daging dalam soto. Ada pula otak sapi yang digoreng dengan balutan telur.
Selain soto, pembeli juga banyak yang menyukai pecel Pak Bas. Tampilannya sebenarnya tak jauh beda dengan yang ada di tempat lain. Isinya pun standar, sayuran seperti kacang panjang dan kecambah menjadi komponen wajib. Yang agak beda adalah sambal atau bumbu kacangnya. Sangat kental dan legit, namun rasanya tidak tajam. Tidak membuat enek ketika disantap. Kacangnya digiling halus, hingga terasa lembut di mulut. Pecel bisa dikombinasikan dengan empal goreng, tempe goreng, telur ceplok, atau bahkan tahu / telur bumbu rujak.
Bila tertarik mencicipi aneka menu di warung Pak Bas pastikan jangan datang terlalu siang. Lebih dari jam 10 pagi saja, bisa jadi anda sudah tidak kebagian lauk untuk bersantap soto. Tempat ini agaknya memang sengaja tidak menyediakan stok terlalu banyak, sehingga tiap hari makanannya dijamin selalu segar. Untuk minumannya tidak banyak pilihan, hanya tersedia teh dan kopi. Tapi dengan segelas kopi atau teh hangat itu, ritual santap pagi bisa berlanjut dengan obrolan yang menyenangkan.
Masih di tempat yang sama, bekas gedung bioskop Reksa, ada warung makan Bu Jono yang juga cukup terkenal. Menu andalan disini adalah gudeg koyor, ayam goreng, dan rendangnya. Tempatnya tak jauh dari warung Pak Bas, dan sama-sama berada di pojok gang kecil. Warung Pak Bas ada di gang sebelah utara gedung bioskop, sementara warung Bu Jono ada di sebelah selatannya.
Buka: 07.00 – 12.00 WIB
Lokasi: Jl. Jend. Sudirman, Kota Salatiga. Di belakang bekas gedung bioskop Reksa, dekat supermarket Niki Baru. Susuri jalan masuk ke gedung bioskop >> sampai depan gedung ada percabangan jalan kecil, belok kanan. Warung Pak Bas ada tepat di pojok gang.
November 2013