Malam semakin larut di Salatiga. Di beberapa sudut kota terlihat para pedagang kaki lima sudah mulai berkemas dan bersiap menutup warung tendanya. Namun di pertigaan Nanggulan yang sudah mulai sepi itu, masih ada satu gerobak nasi goreng berwarna hijau yang bertahan. Nyaris tak ada lagi lalu lalang kendaraan kecuali segelintir orang yang terlihat datang dan pergi, silih berganti, dari pojok pertigaan itu sambil membawa bungkusan. Sementara dua orang lain nampak sedang asyik lesehan beralas tikar di depan deretan kios sembari menyantap nasi goreng. Waktu sudah lewat jam 12.00 malam dan Mas Parno, si pemilik gerobak hijau, masih bersetia melayani pesanan pelanggannya. Bagi sebagian orang Salatiga, terlebih mereka yang banyak beraktivitas di malam hari, nasi goreng jawa dan mie nyemek olahan Mas Parno adalah penyelamat saat lapar melanda dan udara dingin menyergap di kala malam. Tak banyak warung makan di Salatiga yang buka hingga dini hari dan menawarkan citarasa makanan yang enak.